JAKARTA,Naratara.com – Di tengah dinamika zaman yang terus bergerak, sebuah pertemuan sarat makna terjadi di jantung Ibu Kota, Rabu (9/7/2025). Ketua Umum Asosiasi Media Konvergensi Indonesia (AMKI), Tundra Meliala, bersilaturahmi dengan Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Pakoe Boewono Prameswari Dalem—permaisuri dari SISKS Pakoe Boewono XIII Karaton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.
Pertemuan yang berlangsung di kawasan Matraman, Jakarta Pusat itu bukan sekadar kunjungan biasa. Ia adalah jembatan antara dunia media modern dan institusi budaya adiluhung. Di ruang yang hangat, dua entitas lintas zaman berbicara dalam satu bahasa yang sama: pelestarian nilai-nilai luhur budaya Jawa.
“Kami merasa terhormat bisa diterima langsung oleh Gusti Kanjeng Ratu. Ini adalah bentuk nyata kolaborasi antara media dan budaya demi menjaga jati diri bangsa di tengah arus digitalisasi,” ujar Tundra Meliala.
Tundra menyinggung akar historis Karaton Surakarta dalam ranah informasi. Jauh sebelum era daring dan algoritma, Kasunanan telah akrab dengan dunia jurnalistik melalui lahirnya Mekas dan Bromartani—dua media bersejarah yang menjadi pelita pengetahuan pada zamannya.
Dari pihak Karaton, KRA Samsul Wijoyonagoro—Sentono Dalem sekaligus Juru Bicara Resmi—menyebut pertemuan ini memiliki dimensi strategis. “Gusti Kanjeng Ratu menyambut dengan penuh kehangatan. Beliau merasa bangga bisa berdialog langsung dengan para pimpinan media nasional, membahas masa depan budaya Jawa dalam bahasa yang akrab dan setara,” ungkapnya.
Karaton, imbuhnya, selalu membuka diri terhadap gagasan segar yang mampu menjangkau generasi baru tanpa meninggalkan akar tradisi. “Kami percaya kolaborasi semacam ini dapat menguatkan narasi kebangsaan sekaligus menjaga warisan leluhur tetap hidup di tengah kemajuan teknologi,” katanya.
Pertemuan ini ditutup dengan sebuah komitmen: membangun ruang bersama antara media dan lembaga budaya—dalam peliputan kebudayaan, penguatan konten edukatif, hingga pertukaran pemikiran lintas generasi.
Di tengah cepatnya peradaban melaju, pertemuan ini menjadi pengingat bahwa modernitas dan tradisi tak harus saling meniadakan. Justru, keduanya dapat berjalan beriring, membentuk harmoni yang utuh—sebagaimana yang tengah dirintis oleh AMKI dan Karaton Surakarta.(red)
Komentar